Butuh komitmen tinggi untuk bisa membeli barang mahal yang diidam-idamkan. Di antaranya dengan menabung.
S iapa pun pasti ingin memiliki rumah atau mobil. Namun, harganya mungkin tak terjangkau. Mau tidak mau keinginan pun harus dipendam. Padahal, tandas Safir Senduk , siapa pun bisa memiliki mobil, rumah idaman dan benda-benda mahal lainnya. Asalkan mereka tahu cara memperolehnya, yakni dengan merencanakannya sungguh-sungguh. Berikut kiat-kiat yang diberikan konsultan masalah keuangan dari Biro Perencana Keuangan Safir Senduk & Rekan.
TENTUKAN PRIORITAS DAN HARGA
Safir mengingatkan agar tiap orang sadar pada kemampuannya sendiri. Selain perlu perencanaan matang, tak semua keinginan/ kebutuhan bisa dipenuhi segera. Untuk barang berharga mahal, Safir menyarankan agar kebutuhan tersebut dikelompokkan berdasarkan prioritas dan harga.
· PRIORITAS
Menentukan prioritas berdasarkan apa yang sangat dibutuhkan saat itu sangatlah penting. Seorang kurir, contohnya, kebutuhan prioritasnya kemungkinan besar adalah kendaraan roda dua. Berbeda dengan pekerja kantoran, mungkin kebutuhannya akan kendaraan menempati urutan kesekian karena yang terpenting adalah tempat tinggal. Bukan tidak mungkin setelah kebutuhan akan rumah dan kendaraan terpenuhi, prioritas itu bergeser ke barang-barang elektronik. Apa pun wujudnya, setiap keluarga haruslah memprioritaskan sesuatu berdasarkan kebutuhan yang lebih penting.
HARGA
Tak jarang kita dibuat bingung mana yang harus dibeli lebih dulu, kendaraan atau rumah. Bila keduanya memang sama penting, kita bisa mengelompokkannya berdasarkan harga, mulai yang termahal, sedang, dan murah. Misalnya, yang terbilang mahal rumah dan kendaraan, yang terbilang sedang, barang-barang elektronik, sedangkan yang murah, peralatan rumah tangga ataupun pakaian, dan kebutuhan sederhana lain.
Penentuan berdasarkan harga ini sangat diperlukan karena biasanya perlakuannya pun akan berbeda. Barang yang berharga murah atau sedang-sedang saja umumnya tidak memerlukan perencanaan matang. Bahkan bisa langsung dibeli begitu dibutuhkan. Sedangkan kebutuhan berharga ratusan juta rupiah pastilah butuh perencanaan matang, disiplin menabung dan waktu lama.
Menurut Safir, orang Indonesia memiliki kebiasaan membeli barang yang harganya disanggupi lebih dulu, baru kemudian yang sedang dan mahal. "Sebenarnya, sih, sah-sah saja. Akan tetapi kalau sudah fokus ke barang-barang yang harganya mahal, kebiasaan membeli barang lain yang kurang dibutuhkan maupun harganya lebih murah haruslah dihilangkan dulu."
PERENCANAAN MATANG
Saat merencanakan pembelian barang-barang mahal, menurut Safir ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
1. Menabung rutin per bulan. Misalnya gaji tetap Rp 3 juta per bulan, sisihkan sekitar 10-20 persen, yakni Rp 300.000 - Rp 600.000. Keuntungannya, dana yang terkumpul bisa dihitung, setahun Rp 3.600.000 - Rp 7.200.000. Masalahnya, jarang ada orang memiliki komitmen tinggi untuk menabung rutin dengan jumlah yang sama, apalagi melebihi.
2. Menabung tidak rutin per bulan, tapi hanya kalau dapat bonus saja. Keuntungannya, jumlah yang didapat bisa langsung besar, tapi dana yang terkumpul membutuhkan waktu relatif lama.
3. Menabung rutin per bulan ditambah bonus, hingga target yang akan dicapai bisa lebih cepat terealisasi. Dalam setahun dengan tabungan rutin sebesar Rp 3.600.000 - Rp 7.200.000 ditambah 3x bonus masing-masing Rp 2.000.000, contohnya, dipastikan bisa terkumpul Rp 9.600.000 - Rp 13.200.000. Safir sangat menyarankan pemakaian cara ini, terlebih bila dana dibutuhkan cepat.
MENUNTUT KOMITMEN TINGGI
Masalahnya, seberapa besar pun gaji seseorang, bila tidak pintar-pintar mengatur, bukan mustahil setiap bulan ia pasti akan selalu kehabisan, hingga tak ada dana tersisa untuk menabung. Untuk itu, Safir menyodorkan dua syarat:
· Motivasi dan komitmen
Ada orang yang karena sangat ingin memiliki motor rela mengurangi pengeluarannya per bulan. Dia berhitung cermat berapa uang yang harus dikumpulkannya per hari agar motor tersebut bisa didapatnya dalam jangka waktu setahun. Dari contoh kasus ini, keberhasilan seseorang mendapatkan benda yang diidamkannya sangat ditentukan oleh seberapa kuat motivasinya. Begitu juga halnya jika seseorang ingin membeli rumah, mobil, atau benda berharga lainnya.
Namun perlu diingat, kuatnya motivasi belum tentu bisa berjalan maksimal bila tidak dibarengi dengan komitmen tinggi. "Bila per hari dia memutuskan harus mengumpulkan uang Rp 10.000, maka di hari-hari berikutnya dia tetap diminta untuk berkomitmen mengumpulkan uang minimal dengan jumlah sama."
· Pilih sistem yang tepat
Menurut Safir, bagus-tidaknya sistem menabung yang jadi pilihan juga turut mendukung keberhasilan seseorang mendapatkan benda yang diidamkannya tadi. Contohnya, tidak semua individu merasa cocok untuk menabung setiap bulan dengan datang ke bank.
Nah, mereka harus memilih sistem menabung lain, semisal dengan meminta perusahaan memotong gajinya setiap bulan untuk kemudian ditransfer langsung ke rekening depositonya. Bisa juga dengan cara menyimpan uang dalam bentuk emas, reksadana maupun bentuk investasi lain. "Intinya," lanjut Safir, "semakin bagus dan cocok sistem tabungan yang dipilih biasanya kian besar pula tingkat keberhasilannya."
JANGAN MEMAKSA DIRI
Masalah yang sering terjadi adalah minimnya uang simpanan, sementara gaji pun pas-pasan. "Sebaiknya, jangan memaksakan target bila jelas-jelas tidak mungkin bisa mencapainya," anjur Safir. Hitung kembali pemasukan, pengeluaran per bulan, dan kemampuan menabung. Katakanlah DP (down payment) sebuah rumah Rp 30 juta, dan kita bertekad mendapatkan uang tersebut dalam jangka setahun. Itu berarti kita harus menabung sebesar Rp 2,5 juta per bulan. Padahal kalau gaji per bulan Rp 3 juta, berarti uang yang tersisa hanya Rp 500 ribu untuk biaya hidup. "Bila dipaksakan jelas akan merusak stabilitas keuangan keluarga."
Yang harus dilakukan adalah menurunkan target harga rumah yang akan dibeli. Bila sebelumnya ingin membeli rumah tipe 70, contohnya, turunkan menjadi tipe 60 atau 45.
Jika target tak hendak diubah, mau tidak mau kita harus menutup kekurangan tersebut dengan cara mencari uang tambahan. Strategi lain, dengan memperpanjang target pembelian. Bila sebelumnya 3 tahun, mundurkan jadi 6 tahun. Langkah berikut, mengurangi pengeluaran dan menambah jumlah tabungan per bulan. Namun cara terakhir ini umumnya sulit dilakukan, apalagi bila tak ada kebutuhan yang memang bisa dikurangi. Sebaiknya, saran, Safir, "Target haruslah realistis berdasarkan kondisi keuangan yang ada." Yang harus diingat, harga barang cenderung naik terus. Tak heran bila kita pun harus selalu bersiap dengan kemungkinan melambungnya harga rumah atau mobil yang kita targetkan.
BILA KREDIT JADI PILIHAN
Bagi mereka yang tidak cocok dengan cara menabung, ada cara lain, yakni kredit. Namun, harga barang jadi jauh lebih mahal. Misalnya, harga cash hanya Rp 50 jutaan, maka dengan kredit bisa membengkak jadi Rp 70 jutaan. "Itu karena bunga kredit haruslah diperhitungkan."
Bila kredit tetap jadi pilihan, saran Safir, angka kredit sebaiknya jangan melebihi 30 persen dari pemasukan tetap per bulan. Bila pemasukan berkisar di angka Rp 3 juta, contohnya, maka jangan mengambil kredit melebihi Rp 900.000 per bulan.
Lebih dari 30 persen, kondisi keuangan secara keseluruhan pastilah akan terpengaruh. Bukankah kita tetap harus mempertimbangkan pengeluaran harian seperti transportasi dan makan, maupun pengeluaran bulanan seperti telepon, listrik, koran dan lainnya.
Hal lain yang perlu dipikirkan dalam pengambilan kredit adalah uang muka. Bila harga rumah yang ingin dibeli Rp 200 juta, contohnya, maka DP yang mesti dibayarkan sebesar Rp 60 juta. Bila tidak memiliki simpanan, berarti harus terkumpul dulu sejumlah uang tersebut. "Mau tidak mau, menabunglah untuk yang Rp 60 juta dulu. Begitu uangnya terkumpul, baru ambil kredit," saran Safir.
JANGAN UTAK-ATIK GAJI
S uatu saat, setiap orang/keluarga pastilah akan menjumpai pengeluaran yang sama sekali tidak terduga. Saran Safir , tutuplah kebutuhan tak terduga itu dengan dana dari simpanan, bukan dari gaji tetap. Gaji tetap sebaiknya dikhususkan untuk pengeluaran rutin saja.
Untuk mengetahui apakah biaya tertentu termasuk pengeluaran rutin atau bukan, bisa digolongkan lewat kebutuhan per hari atau per bulan. Contohnya adalah dana untuk makan, transportasi, rekening koran, tagihan listrik dan telepon termasuk pengeluaran rutin karena dibutuhkan setiap hari/bulan. Sedangkan beli baju, handphone , tas dan sepatu bukanlah pengeluaran rutin.
Dengan begitu, kalau uang simpanan memang tidak ada, tunda dulu pembelian yang tidak termasuk biaya rutin karena akan mengganggu stabilitas keuangan. Kalaupun tidak bisa ditunda, karena menyangkut urusan kesehatan misalnya, gunakan dana lain dengan tetap tidak mengutak-atik gaji.
MANFAATKAN JASA KONSULTAN
M enurut Safir , bukan hal mudah mengelola keuangan sendiri. Terlebih bila target yang harus dicapai begitu tinggi. Tapi ia meyakinkan setiap orang bisa melakukannya. Untuk mewujudkan keinginan/kebutuhan yang sudah lama diidam-idamkan tak ada salahnya mendatangi bank atau konsultan keuangan yang sudah dipercaya. Tanyakan dan ajukan program kepemilikan rumah atau kendaraan. Lembaga tersebut umumnya juga memiliki program pembelian barang-barang mahal. "Bila dalam setahun harus terkumpul Rp 60 juta, mereka akan membantu mencarikan jalan keluarnya. Salah satunya lewat kredit," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar