Powered By Blogger

Minggu, 17 November 2013

Gunung Merapi Meletus, Asap Setinggi 2 Km



VIVAnews - Gunung Merapi meletus Senin pagi 18 November 2013. Letusan gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta ini memunculkan asap tebal dan abu vulkanik setinggi 2.000 meter.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Merapi menggeliat sekitar pukul 04.50-06.00 WIB. Hembusan asap itu, kata dia, disertai suara gemuruh. Meski erupsi, Merapi berstatus normal aktif (level I).

Sutopo mengungkapkan, letusan Merapi itu dipicu oleh gempa tektonik lokal di bawah tubuh Gunung Merapi. "Sebelumnya tidak ada peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Tipe letusannya adalah letusan freatik," jelas Sutopo.

Letusan freatik adalah letusan yang berasal dari dalam lapisan litosfer akibat meningkatnya tekanan uap air. Mekanisme letusan freatik terjadi apabila air hujan jatuh ke permukaan tanah dan bersentuhan dengan magma atau tubuh batuan panas lainnya. Air yang terpanaskan akan terbentuk akumulasi uap bertekanan tinggi. "Tekanan yang terus bertambah akan menghancurkan lapisan penutupnya," kata Sutopo.

Letusan hari ini, menurut dia, mirip dengan letusan pada 22 Juli 2013 lalu di mana Merapi tiba-tiba meletus di pagi hari. "Tapi, hari ini lebih besar dibandingkan letusan bulan Juli itu," kata dia.

Sebelumnya, Merapi meletus hebat beberapa kali pada 2010. Kala itu, juru kunci Merapi, Mbah Maridjan ikut dalam korban tewas.

Sumber :

Sabtu, 16 November 2013

DRIVER CANON PIXMA 1800 - 1880


DRIVER CANON PIXMA 1800 ALL OPERATOR :

CANON PIXMA IP 1800-1880 Series For Windows XP/7/VISTA

BUKU GEOGRAFI SMA/MA BSE (BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK)

BUKU GEOGRAFI MA ISLAMIYAH ROKAN BARU : X

BSE KEMDIKBUD


GURU BIDANG STUDI GEOGRAFI : 

MISKUN, SE., MM.
 SIMPATI : 0812 7526 5459 
XL             : 0818 0273 0609


BERIKUT LINK BUKU-BUKU GEOGRAFI SMA/MA BSE :

KELAS X :



KELAS XI :
1. Buku Geografi SMA/MA Kelas XI - Dibyo Soegimo, Ruswanto
2. Buku Geografi SMA/MA Kelas XI - Bambang Utoyo
3. Buku Geografi SMA/MA Kelas XI - Kuswardoyo
4. Buku Geografi SMA/MA Kelas XI - Nurmala Dewi
5. Buku Geografi SMA/MA Kelas XI - Sandra Yosepana
6. Buku Geografi SMA/MA Kelas XI - Danang Endarto, Sarwono, Singgih Prihadi
7. Buku Geografi SMA/MA Kelas XI - Eni Anjayani, Tri Haryanto
8. Buku Geografi SMA/MA Kelas XI - Siti Azizah Susilawati, Sumardi, Muhammad Amin Sun



KELAS XII :
1. Buku Geografi SMA/MA Kelas XII - Saptanti Rahayu, Eny Wiji Lestari, Maryadi.
2. Buku Geografi SMA/MA Kelas XII - Bambang Utoyo
3. Buku Geografi SMA/MA Kelas XII - Nurmala Dewi
4. Buku Geografi SMA/MA Kelas XII - Danang Endarto, Sarwono, Singgih Prihadi
5. Buku Geografi SMA/MA Kelas XII - Bagja Waluya
6. Buku Geografi SMA/MA Kelas XII - Eni Anjayani, Tri Haryanto
7. Buku Geografi SMA/MA Kelas XII - Eko Titis Prasongko, Rudi Hendrawansyah



Geografi MA - X


CARA DOWNLOAD BUKU-BUKU BSE (BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK)

1. BUATLAH EMAIL ( kalau belum punya).
2. DAFTAR DAN IKUTI LANGKAH-LANGKAHNYA SAMPAI PROSES PENDAFTARAN AKUN ANDA SELESAI
3.VERIVIKASI AKUN ANDA (buka email anda kemudian pilih inbok/kotak masuk lalu klik huruf / tulisan yang berwarna biru).
4. SELESAI .... SELAMAT MENIKMATI.






Kamis, 14 November 2013

PEMIMPIN PERADABAN

Pemimpin peradaban ada­lah mereka yang tidak asyik dan sibuk membentuk citra diri lewat cameragenik  dan auragenik (tv, baliho, spanduk dan sejenisnya), tetapi mereka memang pemim­pin di alam realitas yang hadir untuk me­lu­ruskan peradaban yang se­ngaja dibengkokkan kaum matereliastik dan hedo­nis­tik. Pemimpin peradaban bukan­lah mereka yang sering me­ngunakan agama dan budaya luhur sebagai kuda tung­gang­an sesaat untuk mencapai niat kekuasaan yang mereka sem­bunyikan. Pemimpin pera­daban adalah manajer untuk semua budaya dan sistem sosial yang ada. Pemimpin pe­radaban ada­lah mereka yang tegar mampu memposisikan diri sebagai tiang penyagga peradaban luhur.

Kemauan dan Kapasitas

Mencari sosok manusia yang diharapkan dapat men­jadi pe­mim­pin peradaban ten­tu bu­kanlah hal yang mudah, tetapi tidak mustahil, ia pasti­lah ada. Pemimpin peradaban yang di­bu­tuhkan di era digital dan serba instan ini adalah mereka yang tidak mudah dikendalikan kea­da­an, tetapi justru dia yang mengen­dalikan situasi. Kemau­an (ability) dan kemampuan (capacity) pe­mim­pin peradaban adalah modal dasar yang harus kuat dan menda­rah daging di dalam diri­nya. Manusia sebagai makh­luk peng­ubah sejarah tidak boleh mudah diubah oleh seja­rah, tetapi justru manusia yang mem­buat sejarah. Ber­buat dan bekerja adalah kata kunci untuk men­jadikan ma­nu­sia bisa mem­buat sejarah.

Piranti pendukung yang hen­daknya terus dibangun dan di­kem­bangkan pada setiap diri pemimpin adalah kemauan (ability). Kemauan untuk terus belajar dan mengajar dengan meng­gunakan semua kesem­patan dan media tersedia. Ke­mau­an me­luruskan niat dan orientasi hidup, bahwa hidup adalah nilai yang ditorehkan. Kemauan untuk tetap istiqa­mah pada lajur pe­mimpin yang benar dan baik. Kemauan dan niat diri bahwa menja­dikan jabatan pe­mim­pin yang disandangnya itu adalah mulia dan terhormat. Pemimpin peradaban adalah jalan hidup yang diridai Allah. Pemimpin juga harus memiliki kemauan tinggi untuk mening­kat­kan kua­litas pengetahuan dan peri­la­ku hidupnya. Pemim­pin hen­daknya tidak boleh absen bela­jar dan mengajar (long life edu­cation, minal mahdi ilal lahdi).

Pemimpin juga dituntut meningkatkan kapasitas diri­nya (capacity). Kapasitas da­lam artian lebih dari sekadar kom­petensi. Kompotensi ada­lah seperangkat kemampuan pelak­sanaan tugas profesional yang diemban. Kapasitas diri pemim­pin tidak saja sebagai seorang profesional, tetapi ia juga leader dan tokoh di ling­kungan kelom­pok masyarakat. Kapasitas diri yang melewati ambang batas profesionalnya, karena pemim­pin juga insan pilihan di lingku­ngan di mana mereka hidup. Pemimpin ber­ka­pasitas adalah, pemimpin yang juga menjadi ikutan di masyarakat. Tidak pemimpin yang hanya tahu dengan tugas pokoknya saja, tetapi ia juga peduli dengan situasi sosial di tempat ia hidup.

Piranti penting yang tidak boleh tergores oleh seorang pemimpin adalah komitmen dirinya sebagai pemimpin. Ko­mit­men pada tugas, etika dan kepatutan yang harus dicer­minkan seorang pemim­pin. Pemimpin berkomitmen tinggi adalah mereka yang ti­dak mu­dah luntur oleh iming-iming materialistik. Pemimpin yang berkomitmen tinggi ada­lah me­re­ka yang menjadikan diri seba­gai syuhada’ di jalan Allah lewat jalur kepemim­pin­an­nya. Pe­mim­pin yang lebih mengu­ta­ma­kan kepe­mim­pin­an sebagai misi hidup, ketim­bang profesi hidup.

Cerdas, Profesional dan Bermartabat

Keniscayaan dari perubah­an memang menuntut seorang pemimpin terus mencer­das­kan diri dan mencerdaskan masya­ra­kat yang dipimpinnya. Kecer­dasan pemimpin bukan sekadar kemampuan menye­lesaikan tugas-tugas fungsio­nal dan struk­turalnya, akan tetapi ia juga dihadapkan pada problema sosial begitu kom­plet. Pemimpin harus cerdas, cerdas mengatasi masalah, tanpa harus mengeluh dan menyalahkan zaman, apala­gi menyalahkan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin adalah kelompok minoritas kreatif dan inovatif dalam me­nye­lesaikan apa pun ma­salah yang dihadapinya. Pe­mim­pin cerdas adalah pemim­pin tidak saja terpaku pada tugas rutinnya, tetapi juga memiliki ketajaman indera dalam menangkap dan mem­berikan solusi terhadap feno­mena sosial tengah mem­pe­ngaruhi anak-anak bangsa, un­tuk dicarikan solusinya.

Cerdas intelektual, emosio­nal dan spiritual yang menjadi modal dasar seorang pemim­pin hendaknya dapat pula dikemba­ngkan pada lingkung­an sekitar pemimpin itu dan masyarakat luas. Pemimpin cerdas bukan sekadar memiliki kekuatan inte­lektual belaka. Justru, ia juga mempunyai leadership yang tangguh dan mempunyai keku­atan spiritual yang jernih. Pe­mim­pin yang cerdas adalah mereka yang bisa memposisikan dirinya sebagai pusat perubahan (centre of change) ke arah kema­ju­an dan kebaikan. Pemimpin yang mempunyai spiritual jernih adalah mereka yang dapat men­jadi tokoh panutan. Kharisma kepemimpinannya tumbuh ka­rena akhlak dan keteladanan hidup yang dipe­ra­gakan dalam kesehariannya. Pemimpin yang dapat men­jadi­kan performan­ce-nya se­ba­gai teladan.

Pemimpin cerdas adalah juga pemimpin profesional. Profesio­nal adalah pemimpin yang memi­liki kemampuan terukur sesuai parameter yang ditetapkan. Pro­fesionalitas pe­mimpin menjadi keharusan, karena perkembangan kehidu­pan menuntut pembagian tu­gas hidup yang jelas. Pemim­pin profesional adalah para pe­mimpin yang memiliki skill khusus dalam bidang yang ditekuninya, dan kemudian mereka diberikan dasar yuridis lewat mandat surat kepu­tusan. Akhirnya, akan mere­ka per­tang­gungjawabkan. Di pihak lain, pemimpin profesional setelah mendapatkan haknya, juga hen­dak menyadari dan mela­kukan dengan sungguh-sungguh kewa­jibannya menata dan meni­ngkat­kan kinerja kepemimpi­nan­nya.

Cerdas dan profesional saja tidak cukup untuk seorang pe­mim­pin, karena pemimpin ada­lah orang yang akan men­jadi imam dalam perubahan, maka pemimpin harus memi­liki mar­tabat diri yang tinggi. Akhlak mulia sebagai jati se­orang pe­mim­pin tidak dapat diremehkan sedikit jua pun. Cacat moral, rendah akhlak, runtuhnya mar­tabat pe­mim­pin adalah alamat bangsa akan binasa. Kualitas moral, akhlak dan martabat pemimpin akan sangat besar sumbangannya bagi kepribadian masyarakat yang dipimpinnya. Sepintar apa pun seorang pe­mimpin, tetapi bila ia rusak moral atau rendah martabat dirinya, maka ia akan menjadi tidak cukup kuat mempengaruhi masya­rakat menjadi orang baik.

Martabat diri pemimpin ada­lah kepribadian tulus ikh­las, berjiwa jernih, tidak am­bisius kelewatan, dan meng­hargai anak bangsa. Pemimpin bermartabat adalah pemimpin menjadikan tugas dan kewa­jibannya sebagai ibadah dan panggilan hidupnya. Pemim­pin tidak mudah pesimis me­ng­hadapi tantangan, tetapi mereka optimis dan terus ber­se­mangat menjalani masalah. Pe­mim­pin bermartabat adalah sang pemimpin tidak mudah meng­gadaikan tugas men­jadi pemim­pin sekadar lem­baran rupiah, tetapi isti­qamah dan memiliki ko­mit­men diri.

Cita-cita mulia mencari pe­mimpin peradaban sebagai­mana digambarkan di atas, mestinya harus diinfor­masi­kan kepada segenap elemen masya­rakat, agar jangan sam­pai bang­sa terlalu jauh terpu­ruk ke amba­ng kehancuran peradaban. Pe­mi­lihan kepala daerah (pilkada), pemilihan legislatif dan pemi­lihan presi­den sebagai sarana demokrasi untuk melahirkan pemimpin formal hendaknya tidak saja dilakukan sekadar memenuhi standar demokrasi prosedural, akan tetapi juga harus diarah­kan pada demok­rasi substan­sial dan berkea­daban.

PROFESIONALISME KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH


PILIH PEMIMPIN YANG PROFESIONAL

A. Pemimpin yang Profesional

Sebelum Rasulullah wafat, beliau telah mengangkat Usamah Bin Zaid yang ketika itu berusia 17 tahun untuk memimpin pasukan Muslim menghadapi kaum kafir. Padahal dibela­kang Usamah berdiri sahabat-sahabat utama Rasulullah yang sudah malang melintang menemaninya berjuang menegakan agama Islam. Tapi amanat panglima perang Rasulullah berikan kepada seorang pemuda pemberani, Usamah.
 Ketika Rasulullah wafat dan Abu Bakar didaulat untuk menjadi Khalifah. Dalam suasana Umar  r.a mengajukan usul (dalam terjemahan bebas) “Ya Amiral Mu'mimin, Usamah ini masih terlalu muda untuk memimpin pasukan perang, dia belum banyak berpengalaman mem­bawahi pasukan sebanyak ini. Bagaimana kalo kita ganti saja Usamah ?” ujar Umar r.a. “Kuburan Rasullullah masih basah, apakah engkau sudah berani mencabut ketetapannya?” jawab Abu Bakar berang. Umar pun segera beristighfar, memohon ampunan kepada Allah SWT.
 Ketika pasukan mau berangkat menuju medan perang, Abu Bakar maju ke depan barisan menghampiri Usamah yang sudah siap berangkat. “Wahai Usamah, bolehkah aku meminta fulan, fulan tidak ikut berpe­rang bersama engkau. Saya membutuh­kannya untuk membantu
mengurusi umat di sini,” pinta Abu Bakar. “Jangan meminta begitu Amirul Mu'minin, engkau punya hak untuk memerintahkan orang-orang tersebut untuk tinggal bersamamu di sini,” jawab Usamah penuh hormat.
 Penggalan sirrah nabawiah ini sengaja saya sajikan sebagai pembuka dengan tujuan untuk menunjukan bahwa betapa sahabat Rasul yang utama memiliki jiwa profesionalitas yang tinggi, mengesam­pingkan senioritas yang sudah terbentuk sebelumnya. Profesional didefinisikan sebagai kemampuan menangani amanah, pekerjaan yang dibebankan kepada sesesorang dengan berlatar belakang ilmu dan kapasitas yang dimilikinya. Tanpa melihat usia atau lama dia bekerja pada sebuah perusahaan.
 Profesionalitas ini menjadi kata kunci bagi siapa pun atau masyarakat manapun yang ingin maju dan sejahtera. Tanpa sikap ini seorang Pemimpin atau masyarakat tidak akan memperoleh kemajuan berarti. Seorang Pemimpin yang dengan bangganya mengatakan : “Saya lebih senior dan berpengalaman dari Anda, jangan harap Anda bisa membawa masyarakat ke arah kemajuan dan kesejahteraan, keculai saya!.” Tanpa ada peningkatan kemampuan dan kapabilitas pribadinya, sang pemimpin akan tergerus oleh kegagalan seiring dengan berlalunya waktu dan kesempatan  yang diberikan kepadanya oleh masyarakat.Oleh sebab itu, sang pemimpin dituntut untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan serta kapabilitasnya agar menjadi lebih profesional.
 Kenapa sikap profesionalitas ini penting? Karena negara, masyarakat dan bangsa akan terus berkem­bang dengan tantangan-tantangan yang semakin kompleks. Tanpa dibarengi dengan peningkatan kemampuan seorang pemimpin hanya akan memberikan kekecewaan kepada masyarakat yang telah memberinya amanah. Dengan kata lain pemimpin  yang mengesampingkan profesionalitas tidak akan dapat membuat masyarakatnya menjadi maju dan sejahtera.
 Sekali lagi, pilih pemimpin berdasarkan profesionalitas bukan senioritas!

B. Menjadi Seorang Profesional
Menjadi seorang professional bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk mencapainya, diperlukan usaha yang keras, karena ukuran profesionalitas seseorang akan dilihat dari dua sisi. Yakni teknis keterampilan atau keahlian yang dimilikinya, serta hal-hal yang berhubungan dengan sifat, watak, dan kepribadiannya.
Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin menjadi seorang  seorang pemimpin yang professional, yaitu sebagai beriut:
1. Menguasai pekerjaan
Seseorang layak disebut professional apabila ia tahu betul apa yang harus ia kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain, seorang professional tidak hanya pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi juga harus mampu mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat dilihat dari tiga hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia mengatasi persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya.
Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk beluk dan liku-liku pekerjaannya. Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma setengah-setengah, tapi ia memang benar-benar mengerti apa yang ia kerjakan. Dengan begitu, maka seorang profesional akan menjadikan dirinya sebagai problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi trouble maker (pencipta masalah) bagi pekerjaannya.
2. Mempunyai loyalitas
Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam melakukan pekerjaannya, ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia kerjakan didasari oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu prinsip hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi merupakan panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja sungguh-sungguh.
Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas ini akan menggerakkan dirinya untuk dapat melakukan apa saja tanpa menunggu perintah. Dengan adanya loyalitas seorang professional akan selalu berpikir proaktif, yaitu selalu melakukan usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak terjadi.
3. Mempunyai integritas
Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi prinsip dasar bagi seorang profesional. Karena dengan integritas yang tingi, seorang profesional akan mampu membentuk kehidupan moral yang baik. Maka, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang professional tak cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi mental seorang professional ini juga akan sekaligus menentukan kualitas hidupnya. Alangkah lucunya bila seseorang mengaku sebagai profesional, tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor atau manipulator ?
Integritas yang dipunyai oleh seorang professional akan membawa kepada penyadaran diri bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan, hati nurani harus tetap menjadi dasar dan arah untuk mewujudkan tujuannya. Karena tanpa mempunyai integritas yang tinggi, maka seorang professional hanya akan terombang-ambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang setiap saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang professional diuji, yaitu sejauh mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat bertahan dalam situasi yang tidak menentu.
4. Mampu bekerja keras
Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan dan kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, seorang professional tidak dapat begitu saja mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di sinilah seorang professional harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, tak benar bila jalinan kerja sama hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang profesional tidak akan pernah memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.
Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau menerima siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak mengherankan bila disebut bahwa seorang profesional siap memberikan dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri seorang profesional harus ada kemauan menganggap sama setiap orang yang ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun lingkungan yang lebih luas.
Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun harga diri bila ia harus bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin secara status lebih rendah darinya. Seorang profesional akan bangga bila setiap orang yang mengenalnya, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan pengakuan bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini bisa dicapai apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.
5. Mempunyai Visi
Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas akan masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk mengarahkan pikiran, sikap, dan perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang profesional akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya.
Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan “macan ompong”, dimana secara fisik ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk melakukan sesuatu, karena tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas, seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang ia pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan.
Visi yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang maksimal, sekaligus ukuran yang jelas mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari kambing hitam, tapi secara dewasa mengambil alih sebagai tanggung jawab pribadi dan profesinya.
6. Mempunyai kebanggaan
Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap profesinya. Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional harus mempunyai penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap profesi tersebut. Karena dengan rasa bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap profesinya.
Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen yang didasari oleh munculnya rasa bangga terhadap profesi dan jabatannya akan menggerakkan seorang profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.
7. Mempunyai komitmen
Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan komitmen yang dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.
Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai seorang profesional hanya disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan. Bahkan bisa jadi, bagi seorang profesional, lebih baik mengorbankan harta, jabatan, pangkat asalkan nilai-nilai yang ada dalam profesinya tidak hilang.
Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan konsistensi dalam mempertahankan nilai-nilai profesionalisme. Tanpa adanya konsistensi atau keajekan, seseorang sulit menjadikan dirinya sebagai profesional, karena hanya akan dimainkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.
8. Mempunyai Motivasi
Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Artinya, seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus mampu memotivasi dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal.
Dapat dikatakan bahwa seorang professional harus mampu menjadi motivator bagi dirinya sendiri. Dengan menjadi motivator  bagi dirinya sendiri, seorang professional dapat membangkitkan kelesuan-kelesuan yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan dan di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya sendiri.
Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh dan mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak mudah menyerah kalah dan selalu akan menghadapi setiap persoalan dengan optimis. Motivasi membantu seorang professional mempunyai harapan terhadap setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan kakinya.
Akhirnya saya berdo’a kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa agar saya dapat menjadi pemimpin yang Profesional sehingga saya bersama seluruh komponen masyarakat dapat merealisasikan cita-cita  untuk menjadikan masyarakat Lombok Barat yang maju dan sejahtera lahir dan batin dalam ridho Allah SWT, Amiin ya Rabbal 'Alamin