A. Pemimpin yang Profesional
Sebelum
Rasulullah wafat, beliau telah mengangkat Usamah Bin Zaid yang ketika
itu berusia 17 tahun untuk memimpin pasukan Muslim menghadapi kaum
kafir. Padahal dibelakang Usamah berdiri sahabat-sahabat utama
Rasulullah yang sudah malang melintang menemaninya berjuang menegakan
agama Islam. Tapi amanat panglima perang Rasulullah berikan kepada
seorang pemuda pemberani, Usamah.
Ketika
Rasulullah wafat dan Abu Bakar didaulat untuk menjadi Khalifah. Dalam
suasana Umar r.a mengajukan usul (dalam terjemahan bebas) “Ya Amiral
Mu'mimin, Usamah ini masih terlalu muda untuk memimpin pasukan perang,
dia belum banyak berpengalaman membawahi pasukan sebanyak ini.
Bagaimana kalo kita ganti saja Usamah ?” ujar Umar r.a. “Kuburan
Rasullullah masih basah, apakah engkau sudah berani mencabut
ketetapannya?” jawab Abu Bakar berang. Umar pun segera beristighfar,
memohon ampunan kepada Allah SWT.
Ketika
pasukan mau berangkat menuju medan perang, Abu Bakar maju ke depan
barisan menghampiri Usamah yang sudah siap berangkat. “Wahai Usamah, bolehkah aku meminta fulan, fulan tidak ikut berperang bersama engkau. Saya membutuhkannya untuk membantu
mengurusi
umat di sini,” pinta Abu Bakar. “Jangan meminta begitu Amirul Mu'minin,
engkau punya hak untuk memerintahkan orang-orang tersebut untuk tinggal
bersamamu di sini,” jawab Usamah penuh hormat.
Penggalan
sirrah nabawiah ini sengaja saya sajikan sebagai pembuka dengan tujuan
untuk menunjukan bahwa betapa sahabat Rasul yang utama memiliki jiwa
profesionalitas yang tinggi, mengesampingkan senioritas yang sudah
terbentuk sebelumnya. Profesional didefinisikan sebagai kemampuan
menangani amanah, pekerjaan yang dibebankan kepada sesesorang dengan
berlatar belakang ilmu dan kapasitas yang dimilikinya. Tanpa melihat usia atau lama dia bekerja pada sebuah perusahaan.
Profesionalitas ini menjadi kata kunci bagi siapa pun atau masyarakat manapun yang ingin maju dan sejahtera. Tanpa
sikap ini seorang Pemimpin atau masyarakat tidak akan memperoleh
kemajuan berarti. Seorang Pemimpin yang dengan bangganya mengatakan :
“Saya lebih senior dan berpengalaman dari Anda, jangan harap Anda bisa
membawa masyarakat ke arah kemajuan dan kesejahteraan, keculai saya!.”
Tanpa ada peningkatan kemampuan dan kapabilitas pribadinya, sang
pemimpin akan tergerus oleh kegagalan seiring dengan berlalunya waktu
dan kesempatan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat.Oleh sebab itu,
sang pemimpin dituntut untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan
serta kapabilitasnya agar menjadi lebih profesional.
Kenapa
sikap profesionalitas ini penting? Karena negara, masyarakat dan bangsa
akan terus berkembang dengan tantangan-tantangan yang semakin
kompleks. Tanpa dibarengi dengan peningkatan kemampuan seorang pemimpin
hanya akan memberikan kekecewaan kepada masyarakat yang telah memberinya
amanah. Dengan kata lain pemimpin yang mengesampingkan profesionalitas
tidak akan dapat membuat masyarakatnya menjadi maju dan sejahtera.
Sekali lagi, pilih pemimpin berdasarkan profesionalitas bukan senioritas!
B. Menjadi Seorang Profesional
Menjadi
seorang professional bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk mencapainya,
diperlukan usaha yang keras, karena ukuran profesionalitas seseorang
akan dilihat dari dua sisi. Yakni teknis keterampilan atau keahlian yang
dimilikinya, serta hal-hal yang berhubungan dengan sifat, watak, dan
kepribadiannya.
Paling
tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin
menjadi seorang seorang pemimpin yang professional, yaitu sebagai
beriut:
1. Menguasai pekerjaan
Seseorang
layak disebut professional apabila ia tahu betul apa yang harus ia
kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan
dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain, seorang professional tidak
hanya pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi juga harus mampu
mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang
jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk menilai
apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat dilihat dari tiga hal
yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia mengatasi
persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya.
Seseorang
yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk beluk dan liku-liku
pekerjaannya. Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma
setengah-setengah, tapi ia memang benar-benar mengerti apa yang ia
kerjakan. Dengan begitu, maka seorang profesional akan menjadikan
dirinya sebagai problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi
trouble maker (pencipta masalah) bagi pekerjaannya.
2. Mempunyai loyalitas
Loyalitas
bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam melakukan
pekerjaannya, ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia kerjakan
didasari oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu prinsip
hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi merupakan
panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja
sungguh-sungguh.
Loyalitas
bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan untuk
berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi pekerjaannya.
Bagi seorang profesional, loyalitas ini akan menggerakkan dirinya untuk
dapat melakukan apa saja tanpa menunggu perintah. Dengan adanya
loyalitas seorang professional akan selalu berpikir proaktif, yaitu
selalu melakukan usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak
terjadi.
3. Mempunyai integritas
Nilai-nilai
kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi prinsip dasar
bagi seorang profesional. Karena dengan integritas yang tingi, seorang
profesional akan mampu membentuk kehidupan moral yang baik. Maka,
tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang professional tak
cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi mental
seorang professional ini juga akan sekaligus menentukan kualitas
hidupnya. Alangkah lucunya bila seseorang mengaku sebagai profesional,
tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor atau manipulator ?
Integritas
yang dipunyai oleh seorang professional akan membawa kepada penyadaran
diri bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan, hati nurani harus tetap
menjadi dasar dan arah untuk mewujudkan tujuannya. Karena tanpa
mempunyai integritas yang tinggi, maka seorang professional hanya akan
terombang-ambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang setiap saat
bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang professional diuji, yaitu
sejauh mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat bertahan dalam
situasi yang tidak menentu.
4. Mampu bekerja keras
Seorang
profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan dan
kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai,
seorang professional tidak dapat begitu saja mengandalkan kekuatannya
sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap membutuhkan
kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di sinilah seorang
professional harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.
Dalam hal ini, tak benar bila jalinan kerja sama hanya ditujukan untuk
orang-orang tertentu. Seorang profesional tidak akan pernah
memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.
Seorang
profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau menerima siapa
saja yang ingin bekerja sama. Maka tak mengherankan bila disebut bahwa
seorang profesional siap memberikan dirinya bagi siapa pun tanpa pandang
bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri seorang
profesional harus ada kemauan menganggap sama setiap orang yang
ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun lingkungan yang
lebih luas.
Seorang
profesional tidak akan merasa canggung atau turun harga diri bila ia
harus bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin secara status lebih
rendah darinya. Seorang profesional akan bangga bila setiap orang yang
mengenalnya, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan pengakuan
bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini bisa dicapai apabila ia
mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan kerja sama dengan siapa pun,
di mana pun, dan kapan pun.
5. Mempunyai Visi
Seorang
profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas akan masa
depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki dasar
dan landasan yang kuat untuk mengarahkan pikiran, sikap, dan
perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang profesional
akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang
dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah
mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya.
Tanpa
adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan “macan ompong”,
dimana secara fisik ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak
mempunyai kekuatan apa-apa untuk melakukan sesuatu, karena tidak
mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas,
seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang ia
pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan.
Visi
yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang maksimal,
sekaligus ukuran yang jelas mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia
capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari kambing hitam, tapi secara
dewasa mengambil alih sebagai tanggung jawab pribadi dan profesinya.
6. Mempunyai kebanggaan
Seorang
profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap profesinya. Apapun
profesi atau jabatannya, seorang profesional harus mempunyai penghargaan
yang setinggi-tingginya terhadap profesi tersebut. Karena dengan rasa
bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap profesinya.
Dengan
rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap apa yang
dilakukannya. Komitmen yang didasari oleh munculnya rasa bangga
terhadap profesi dan jabatannya akan menggerakkan seorang profesional
untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa memberikan
kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.
7. Mempunyai komitmen
Seorang
profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga
profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah
tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesi.
Dengan komitmen yang dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh
nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.
Seseorang
tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai seorang profesional hanya
disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan. Bahkan bisa jadi,
bagi seorang profesional, lebih baik mengorbankan harta, jabatan,
pangkat asalkan nilai-nilai yang ada dalam profesinya tidak hilang.
Memang,
untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan konsistensi dalam
mempertahankan nilai-nilai profesionalisme. Tanpa adanya konsistensi
atau keajekan, seseorang sulit menjadikan dirinya sebagai profesional,
karena hanya akan dimainkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.
8. Mempunyai Motivasi
Dalam
situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus
bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Artinya,
seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus mampu memotivasi
dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal.
Dapat
dikatakan bahwa seorang professional harus mampu menjadi motivator bagi
dirinya sendiri. Dengan menjadi motivator  bagi dirinya sendiri,
seorang professional dapat membangkitkan kelesuan-kelesuan yang
disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan
dan di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya
sendiri.
Dengan
memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh dan
mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak
mudah menyerah kalah dan selalu akan menghadapi setiap persoalan dengan
optimis. Motivasi membantu seorang professional mempunyai harapan
terhadap setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada
ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan kakinya.
Akhirnya
saya berdo’a kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa agar saya dapat
menjadi pemimpin yang Profesional sehingga saya bersama seluruh
komponen masyarakat dapat merealisasikan cita-cita untuk menjadikan
masyarakat Lombok Barat yang maju dan sejahtera lahir dan batin dalam ridho Allah SWT, Amiin ya Rabbal 'Alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar